Implementasi Sistem Penanggalan Sasak dalam Kehidupan Sehari-hari |
BACA JUGA : Fiosofi yang Mendasari Adat perkawinan Bangsawan Sasak
BACA JUGA : Realitas Karakter Masyarakat Sasak Zaman Sekarang
BACA JUGA : Hubungan Nilai Budaya Sasak dengan Pancasila sebagai Karakter Bangsa Indonesia
BACA JUGA : Sistem Penanggalan Masyarakat Sasak Lombok '
BACA JUGA : Hubungan Sistem Penanggalan Sasak dengan Ilmu Astronomi
BACA JUGA : Fungsi Sistem Penanggalan Suku Sasak Lombok
Implementasi Sistem Penanggalan Sasak dalam Kehidupan Sehari-hari - Penentuan tanggal satu bulan Saqdengan menggunakan Bintang Rowot, hanya digunakan sebagai patokan (Sasak: penandoq). Karena dengan mulai terbitnya bintang ini, berbagai kegiatan pertanian dan pelayaran, penangkapan nyale, dan sebagainya dapat direncanakan.
BACA JUGA : Realitas Karakter Masyarakat Sasak Zaman Sekarang
BACA JUGA : Hubungan Nilai Budaya Sasak dengan Pancasila sebagai Karakter Bangsa Indonesia
BACA JUGA : Sistem Penanggalan Masyarakat Sasak Lombok '
BACA JUGA : Hubungan Sistem Penanggalan Sasak dengan Ilmu Astronomi
BACA JUGA : Fungsi Sistem Penanggalan Suku Sasak Lombok
Implementasi Sistem Penanggalan Sasak dalam Kehidupan Sehari-hari - Penentuan tanggal satu bulan Saqdengan menggunakan Bintang Rowot, hanya digunakan sebagai patokan (Sasak: penandoq). Karena dengan mulai terbitnya bintang ini, berbagai kegiatan pertanian dan pelayaran, penangkapan nyale, dan sebagainya dapat direncanakan.
1. Kegiatan Pertanian
a. Pada
bulan Empat (biasanya bertepatan pada
bulan Agustus)
Pada saat ini, para petani mulai nyenyaweq, yaitu memberi tanda berupa potongan pelepah daun kelapa yang
ditancapkan pada pemurah, yaitu
petakan sawah pertama masuknya air. Lalu diikuti dengan kegiatan memon, yaitu menanam ranting (daun) lego
pada pintu air (Sasak: penamaq aiq)
pada tanggal 6,16, dan 26. Dalam bulan ini juga orang mulai menanam pisang, dan
umbi-umbian tertentu seperti jahe, kunyit, gadung, dan sebagainya.
b. Dalam
bulan Enem (biasanya bertepatan pada
bulan Oktober)
Dalam bulan ini, para pengamat
perbintangan menantikan saat matahari tumbuk, yaitu pada saat posisi matahari
tepat berada di atas Pulau Lombok sehingga tidak terdapat bayangan sama sekali
berkisar antara tanggal 6, 16, dan 26.
Jika tumbuk terjadi pada tanggal 6,
berarti hujan awal tahun akan banyak, namun kurang di akhir tahun. Demikian
pula tentang nyale.Nyale Tunggak (pengambilan nyale pada
awal waktu) yang terjadi pada bulan Sepulu
sekitar Februari akan banyak, tetapi Nyale
Poto (pengambilan nyale di akhir waktu) yang terjadi pada bulan Solas sekitar Maret kurang.
Jika tumbuk terjadi tanggal 16, berarti curah
hujan merata, baik di awal tahun maupun di akhir tahun. Begitu pula jumlahnyale yang muncul, Nyale Tunggak dan Nyale Poto
merata (sama).
Tetapi, jika tumbuk terjadi tanggal 26,
berarti hujan awal tahun kurang, di akhir tahun deras.Nyale Tunggaksedikit, sementara itu Nyale Poto banyak.Menurut beberapa orang para sesepuh Sasak, hal
itu benar-benar terjadi.Dengan demikian para petani dapat mengatur kegiatan
pertaniannya.Kapan sebaiknya mulai menurunkan benih, ngampar, mengolah sawah, menanam padi, dan sebagainya.
c. Dalam
bulan Pituq (biasanya bertepatan pada
bulan November)
Pada
saat ini, para petani percaya untuk mulai mengolah sawahnya masing-masing.
d. Dalam bulan Baluq (biasanya bertepatan jatuh pada bulan Desember)
Bulan ini sudah mulai dilakukannya
penanaman padi (Sasak: lowong).
2.) Kegiatan Nelayan
Untuk merencanakan kapan saat menangkap ikan, karena
sudah bisa diperkirakan banyak sedikitnya jenis ikan tertentu pada suatu waktu
dan tempat.
3.) Kegiatan Bau Nyale
Untuk menentukan saat tibanya bulan Sepulu (umumnya bertepatan pada bulan
Februari), karena pada bulan Sepulu
masyarakat memperkirakan sebagai waktu keluarnya nyale.
Masyarakat Sasak percaya, keluarnya nyale dua kali
dalam setahun, yakni tanggal 20 bulan Sepulu,
keluarnya nyale tunggak (awal) yang
bertepatan pada bulan Februari. Dan pada tanggal Due pulu bulan Solas,
keluarnya nyale poto (akhir) yang
bertepatan dengan bulan Maret.
Ada tiga kemungkinan nyale pada dua bulan
tersebut.Kemungkinan pertama, yaitu pada awal bulan, kemungkinan kedua pada
pertengahan bulan, dan kemungkinan ketiga pada akhir bulan.Tergantung pada saat
tumbuknya matahari di bulan Enem
(umumnya jatuh pada bulan Oktober).Tumbuk
atau tumpeknya matahari kemungkinan
terjadi pada tanggal 6,16 dan 26 bulan Enem.
Jika tumbuk pada tanggal 6, maka nyale
keluar pada awal bulan Februari.Bila tumbuk tanggal 16, maka keluarnya nyale
pertengahan bulan Februari. Kemudian, bila tumbuk tanggal 26, maka nyale akan
keluar pada akhir bulan Februari.
Ritual Bau
Nyale terjadi pada tanggal 20 bulan Hijriyah yang bertepatan dengan bulan
Sepulu.Tanggal 20 ini juga bertepatan dengan bulan Februari. Ritual ini terjadi
pada bulan Hijriyah yang sama selama 3 tahun.
Tapi yang dijadikan patokan orang Sasak adalah
tanggal 20 bulan Hijriyah yang bertepatan dengan bulan Februari itu. Jika bulan
Hijriah yang mengandung tanggal 20 pada bulan Februari itu bulan Safar, maka
tanggal 20 Safar itu itulah yang dicocokkan dengan tanggal berapa dan hari apa
di bulan Februari.
Bukan hanya itu saja, sistem penanggalan Sasak juga
dijadikan sebagai patokan untuk penentu hari baik dan hari buruk dam melakukan
segala kegiatan.Misalnya, pada hari Selasa, masyarakat percaya bahwa tidak
boleh menebang pohon.Sistem penanggalan Sasak ini juga dijadikan patokan untuk
melakukan prosesi merariq (upacara
perkawinan).Namun, nyatanya saat ini tidak semua masyarakat Sasak yang masih
tetap mempertahankan budaya setempat.Misalnya, untuk upacara merariq pada saat ini bisa dilakukan
kapan saja.Padahal pada zaman dahulu, nenek moyang Sasak biasanya melakukan prosesi
merariq pada bulan Due Olas yang bertepatan pada bulan
April.Pada saat itu juga merupakan masa panen.Jadi para orang tua tidak perlu
lelah untuk terus memikirkan biaya perkawinan anaknya, tidak seperti saat ini
yang tidak teratur.
0 komentar:
Post a Comment