Nilai Kasih Sayang dan Rela Berkorban dalam Novel Laskar Pelangi 2015 -
- Nilai Kasih Sayang
Kasih mengasihi
antarsesama manusia sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan. Dengan kasih
sayang, kehidupan antarsesama akan semakin harmonis. Karena dengan
begitu hubungan sesama manusia akan terhindar dari permusuhan. Selain itu juga
akan timbul rasa persaudaraan yang akan berujung pada kehidupan yang aman dan
tentram.
Dalam novel Laskar Pelangi, nilai kasih
sayang begitu banyak ditonjolkan oleh penulis. Salah satunya
seperti yang terlihat dalam penggalan paragraf berikut :
“ Silahkan Ananda perkenalkan nama dan alamat rumah…” pinta Bu Mus Lembut
pada anak Hokian itu ( Hirata, 2005:26 ).
Dari kutipan dialog tersebut, terlihat betapa Ibu Mus memiliki kasih sayang
yang amat besar terhadap muridnya. Hal itu terbukti dari kata sapaan “Ananda”
yang menunjukkan betapa Ibu Mus menyayangi muridnya seperti anaknya sendiri.
Rasa kasih sayang seperti yang dimiliki oleh tokoh Ibu Mus inilah yang sangat
diperlukan dalam menjalani kehidupan dan berinteraksi dengan lingkungan.
Manusia sesungguhnya adalah saudara satu dengan yang lainnya, oleh karena
itulah dperlukan rasa kasih sayang untuk menciptakan suasana persaudaraan yang
harmonis. Kasih sayang tdak hanya untuk sesama manusia tetapi juga dengan
makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan binatang. Karena pada hakikatnya
semua makhluk hidup adalah sama ciptaan Tuhan yang patut untuk mendapatkan
kasih sayang dan memberikan kasih sayang.
- Rela Berkorban
Rela berkorban adalah
prilaku rela untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang
banyak. Rela berkorban sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Novel Laskar Pelangi
menggambarkan rela berkorban dalam kutipan berikut ini:
N.A. Muslimah Hafsari
Hamid binti K.A. Abdul Hamid, atau kami memanggilnya Bu Mus, hanya memiliki
selembar ijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri), namun beliau bertekad melanjutkan
cita-cita ayahnya-K.A. Abdul Hamid, pelopor sekolah Muhammadiyah di
Belitong-untuk terus mengobarkan pendidikan Islam. Tekad itu memberinya
kesulitan hidup yang tak terkira, karena kami kekurangan guru-lagi pula siapa
yang rela diupah beras 15 kilo setiap bulan? Maka selama enam
tahun di SD Muhammadiyah, beliau sendiri yang mengajar semua mata pelajaran
(Hirata, 2005:30).
Dari
kutipan di atas, terlihat betapa sosok Ibu Mus rela berkorban demi memajukan
pendidikan Islam dan juga melanjutkan tekad ayah tercinta untuk melestarikan
pendidikan Islam. Ibu Mus rela hidup
serba kekurangan hanya untuk tekad tersebut.
Selain pada kutipan di atas, pengarang juga menggambarkan rela berkorban
dalam penggalan berikut ini :
Ia hanya berijazah SMA, nasibnya seperti Lintang. Mereka adalah dua orang
genius yang kemampuannya dinisbikan secara paksa oleh tuntutan tanggung jawab
pada keluarga. Mahar tak bisa meninggalkan rumah untuk berkiprah di lingkungan
yang lebih mendukung bakatnya sejak ibunya sakit-sakitan karena tua. Sebagai
anak tunggal ia harus merawat ibunya siang malam karena ayahnya telah meninggal
(Hirata, 2005:476).
Selain pada Ibu Muslimah, rela berkorban juga digambarkan pada tokoh Mahar.
Mahar yang rela mengubur mimpi-mimpinya untuk berkiprah di dunia seni demi
menjaga ibunya yang sakit. Rasa rela berkorban seperti yang digambarkan pada
tokoh-tokoh diatas patut dijadikan contoh dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
BACA JUGA : Nilai Pendidikan dalam Novel Laskar Pelangi 2015
0 komentar:
Post a Comment