Thursday, 8 January 2015

Implementasi Sistem Penanggalan Sasak dalam Kehidupan Sehari-hari


Implementasi Sistem Penanggalan Sasak dalam Kehidupan Sehari-hari
BACA JUGA  : Fiosofi yang Mendasari Adat perkawinan Bangsawan Sasak 

BACA JUGA  : Realitas Karakter Masyarakat Sasak Zaman Sekarang
  
BACA JUGA  : Hubungan Nilai Budaya Sasak dengan Pancasila sebagai Karakter Bangsa Indonesia

BACA JUGA  : Sistem Penanggalan Masyarakat Sasak Lombok '

BACA JUGA  : Hubungan Sistem Penanggalan Sasak dengan Ilmu Astronomi

BACA JUGA  : Fungsi Sistem Penanggalan Suku Sasak Lombok 

Implementasi Sistem Penanggalan Sasak dalam Kehidupan Sehari-hari - Penentuan tanggal satu bulan Saqdengan menggunakan Bintang Rowot, hanya digunakan sebagai patokan (Sasak: penandoq). Karena dengan mulai terbitnya bintang ini, berbagai kegiatan pertanian dan pelayaran, penangkapan nyale, dan sebagainya dapat direncanakan.

1. Kegiatan Pertanian
a.    Pada bulan Empat (biasanya bertepatan pada bulan Agustus)
Pada saat ini, para petani mulai nyenyaweq, yaitu memberi tanda berupa potongan pelepah daun kelapa yang ditancapkan pada pemurah, yaitu petakan sawah pertama masuknya air. Lalu diikuti dengan kegiatan memon, yaitu menanam ranting (daun) lego pada pintu air (Sasak: penamaq aiq) pada tanggal 6,16, dan 26. Dalam bulan ini juga orang mulai menanam pisang, dan umbi-umbian tertentu seperti jahe, kunyit, gadung, dan sebagainya.
b.   Dalam bulan Enem (biasanya bertepatan pada bulan Oktober)
Dalam bulan ini, para pengamat perbintangan menantikan saat matahari tumbuk, yaitu pada saat posisi matahari tepat berada di atas Pulau Lombok sehingga tidak terdapat bayangan sama sekali berkisar antara tanggal 6, 16, dan 26.
Jika tumbuk terjadi pada tanggal 6, berarti hujan awal tahun akan banyak, namun kurang di akhir tahun. Demikian pula tentang nyale.Nyale Tunggak (pengambilan nyale pada awal waktu) yang terjadi pada bulan Sepulu sekitar Februari akan banyak, tetapi Nyale Poto (pengambilan nyale di akhir waktu) yang terjadi pada bulan Solas sekitar Maret kurang.
Jika tumbuk terjadi tanggal 16, berarti curah hujan merata, baik di awal tahun maupun di akhir tahun. Begitu pula jumlahnyale yang muncul, Nyale Tunggak dan Nyale Poto merata (sama).
Tetapi, jika tumbuk terjadi tanggal 26, berarti hujan awal tahun kurang, di akhir tahun deras.Nyale Tunggaksedikit, sementara itu Nyale Poto banyak.Menurut beberapa orang para sesepuh Sasak, hal itu benar-benar terjadi.Dengan demikian para petani dapat mengatur kegiatan pertaniannya.Kapan sebaiknya mulai menurunkan benih, ngampar, mengolah sawah, menanam padi, dan sebagainya.
c.    Dalam bulan Pituq (biasanya bertepatan pada bulan November)
              Pada saat ini, para petani percaya untuk mulai mengolah sawahnya masing-masing.
d. Dalam bulan Baluq (biasanya bertepatan jatuh pada bulan Desember)
             Bulan ini sudah mulai dilakukannya penanaman padi (Sasak: lowong).
        2.) Kegiatan Nelayan
Untuk merencanakan kapan saat menangkap ikan, karena sudah bisa diperkirakan banyak sedikitnya jenis ikan tertentu pada suatu waktu dan tempat.
      3.) Kegiatan Bau Nyale
Untuk menentukan saat tibanya bulan Sepulu (umumnya bertepatan pada bulan Februari), karena pada bulan Sepulu masyarakat memperkirakan sebagai waktu keluarnya nyale.
Masyarakat Sasak percaya, keluarnya nyale dua kali dalam setahun, yakni tanggal 20 bulan Sepulu, keluarnya nyale tunggak (awal) yang bertepatan pada bulan Februari. Dan pada tanggal Due pulu bulan Solas, keluarnya nyale poto (akhir) yang bertepatan dengan bulan Maret.
Ada tiga kemungkinan nyale pada dua bulan tersebut.Kemungkinan pertama, yaitu pada awal bulan, kemungkinan kedua pada pertengahan bulan, dan kemungkinan ketiga pada akhir bulan.Tergantung pada saat tumbuknya matahari di bulan Enem (umumnya jatuh pada bulan Oktober).Tumbuk atau tumpeknya matahari kemungkinan terjadi pada tanggal 6,16 dan 26 bulan Enem. Jika tumbuk pada tanggal 6, maka nyale keluar pada awal bulan Februari.Bila tumbuk tanggal 16, maka keluarnya nyale pertengahan bulan Februari. Kemudian, bila tumbuk tanggal 26, maka nyale akan keluar pada akhir bulan Februari.
Ritual Bau Nyale terjadi pada tanggal 20 bulan Hijriyah yang bertepatan dengan bulan Sepulu.Tanggal 20 ini juga bertepatan dengan bulan Februari. Ritual ini terjadi pada bulan Hijriyah yang sama selama 3 tahun. 
Tapi yang dijadikan patokan orang Sasak adalah tanggal 20 bulan Hijriyah yang bertepatan dengan bulan Februari itu. Jika bulan Hijriah yang mengandung tanggal 20 pada bulan Februari itu bulan Safar, maka tanggal 20 Safar itu itulah yang dicocokkan dengan tanggal berapa dan hari apa di bulan Februari.
Bukan hanya itu saja, sistem penanggalan Sasak juga dijadikan sebagai patokan untuk penentu hari baik dan hari buruk dam melakukan segala kegiatan.Misalnya, pada hari Selasa, masyarakat percaya bahwa tidak boleh menebang pohon.Sistem penanggalan Sasak ini juga dijadikan patokan untuk melakukan prosesi merariq (upacara perkawinan).Namun, nyatanya saat ini tidak semua masyarakat Sasak yang masih tetap mempertahankan budaya setempat.Misalnya, untuk upacara merariq pada saat ini bisa dilakukan kapan saja.Padahal pada zaman dahulu, nenek moyang Sasak biasanya melakukan prosesi merariq pada bulan Due Olas yang bertepatan pada bulan April.Pada saat itu juga merupakan masa panen.Jadi para orang tua tidak perlu lelah untuk terus memikirkan biaya perkawinan anaknya, tidak seperti saat ini yang tidak teratur.


0 komentar:

Post a Comment