Pages

Pages - Menu

Thursday, 8 January 2015

Hubungan Sistem Penanggalan Sasak dengan Ilmu Astronomi


Hubungan Sistem Penanggalan Sasak dengan Ilmu Astronomi

BACA JUGA  : Fiosofi yang Mendasari Adat perkawinan Bangsawan Sasak 

BACA JUGA  : Realitas Karakter Masyarakat Sasak Zaman Sekarang
  
BACA JUGA  : Hubungan Nilai Budaya Sasak dengan Pancasila sebagai Karakter Bangsa Indonesia

BACA JUGA  : Sistem Penanggalan Masyarakat Sasak Lombok '

BACA JUGA  : Hubungan Sistem Penanggalan Sasak dengan Ilmu Astronomi

BACA JUGA  : Fungsi Sistem Penanggalan Suku Sasak Lombok 


Hubungan Sistem Penanggalan Sasak dengan Ilmu Astronomi -


Tingginya tingkat akurasi penanggalan Sasak menandakan bahwa masyarakat Sasak sejak dulu sudah menguasai pola cuaca dan iklim dengan berdasarkan pada kebiasaan, gejala alam, dan ilmu astronomi.Pengetahuan tentang pola cuaca dan iklim tersebut digunakan dalam berbagai aktivitas seperti bertani, berlayar, dan kegiatan lainnya.
  Dalam kegiatan pertanian, masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai petani mengamati kapan tumbuk terjadi.Tumbuk ini digunakan sebagai penanda agar petani memulai persiapan untuk menanam padi.Biasanya tumbuk terjadi pada bulan Oktober saat matahari berada pada kulminasi atas di lintang letak pulau Lombok, yaitu sekitar 8°30′ Lintang Selatan. Pada saat itu matahari bergerak dari lintang 0° di khatulistiwa ke lintang 23½° dari tanggal 23 September sampai tanggal 22 Desember yang jumlahnya 90 hari. Dari data tersebut, didapatkan matahari bergerak 23½°/90 hari=0,26° per hari di ekliptika. Jika matahari bergerak 0,26° per hari, maka matahari akan tepat berada di lintang pulau Lombok 8°30′/ 0,26°=32,6 hari setelah tanggal 23 September yang bertepatan dengan tanggal 24 Oktober.   
Waktu padi rowot berbunga bertepatan dengan terbitnya bintang Rowot. Bintang Rowot ini merupakan gugusan bintang yang berada pada rasi bintang Taurus dengan deklinasi +14° 52′ 20″ dan asensiorekta 04j 42m 08d. Gugus bintang ini dikenal dengan nama gugus bintang Pleiades. Gugus bintang ini juga digunakan masyarakat Jawa untuk menandai kegiatan pertanian.Gugus bintang ini tidak terlihat selama beberapa hari yaitu sekitar April-Mei disebabkan oleh posisi bumi saat revolusi.
Bau nyale atau ritual menangkap nyale dilaksanakan pada tanggal 20 bulan Sepulu.Tanggal 20 yang dimaksud bukanlah tanggal 20 bulan Sasak melainkan tanggal 20 bulan Hijriyah. Apabila pada tanggal 20 nyale tidak banyak yang keluar, maka orang Sasak akan mengatakan penanggalan pada kalender salah karena nyale tidak mungkin muncul pada tanggal 21. Hal ini ternyata bersesuaian dengan peredaran bulan karena pada tanggal 21 terjadi pasang perbani sehingga nyale tidak keluar.


No comments:

Post a Comment