Pages

Pages - Menu

Thursday, 8 January 2015

Sistem Penanggalan Masyarakat Sasak Lombok


 
Sistem Penanggalan Masyarakat Sasak Lombok

BACA JUGA  : Fiosofi yang Mendasari Adat perkawinan Bangsawan Sasak 

BACA JUGA  : Realitas Karakter Masyarakat Sasak Zaman Sekarang
  
BACA JUGA  : Hubungan Nilai Budaya Sasak dengan Pancasila sebagai Karakter Bangsa Indonesia

BACA JUGA  : Sistem Penanggalan Masyarakat Sasak Lombok '

BACA JUGA  : Hubungan Sistem Penanggalan Sasak dengan Ilmu Astronomi

BACA JUGA  : Fungsi Sistem Penanggalan Suku Sasak Lombok 

Sistem Penanggalan Masyarakat Sasak Lombok - Sistem penanggalan Sasak merupakan salah satu peninggalan dari kebudayaan masyarakat Sasak di masa lalu.Penanggalan ini hanya mempunyai perhitungan bulan tanpa ada rincian tanggal dari setiap bulan tersebut.Meskipun demikian, terdapat tiga peristiwa penting yang dapat ditentukan secara jelas yakni tumbuk, terbitnya bintang rowot, dan bau nyale.Uniknya, penanggalan ini didasarkan pada dua penanggalan sekaligus yaitu, penanggalan Masehi dan penanggalan Hijriyah. Jumlah hari dalam setahun pada penanggalan Sasak sama dengan jumlah hari dalam setahun pada penanggalan Masehi. Sedangkan jumlah hari dalam sebulan mengikuti jumlah hari pada penanggalan Hijriyah.

Penanggalan Sasak berpedoman pada sebuah gugus bintang yang disebut bintang rowot.Disebut demikian karena gugus bintang ini muncul bersamaan dengan waktu padi rowot berbunga.Hal ini sesuai dengan pendapat Amaq Radi (wawancara tanggal 30 Mei 2011)Padi rowot merupakan padi lokal yang berumur sangat lama yaitu mencapai 5 bulan. Oleh karena itu, banyak masyarakat Sasak yang tidak menanamnya secara khusus pada lahan pertanian.Akan tetapi, padi ini ditanam di pinggir lahan mereka atau dekat pematang sawah.Penanamannya hanya sebatas untuk menjadi penanda terhadap terbitnya bintang rowot ketika padi ini berbunga.Terbitnya bintang ini dijadikan patokan dalam penentuan tanggal satu bulan Saq (bulan ke satu dalam penanggalanSasak).
Seperti penanggalan Masehi dan penanggalan Hijriyah, penanggalan Sasak juga memiliki 12 bulan.Namun, ada selang beberapa hari antara bulan ke-12 dan bulan ke-1 pada saat pergantian tahun. Beberapa masyarakat Sasak menyebutnya bulan Teluolas (tiga belas). Hal ini disebabkan oleh bintang rowot yang ngarem atau tilem (tidak muncul atau tenggelam). Sebutan untuk bulan-bulan dalam sistem penanggalan Sasak menggunakan angka dalam bahasa Sasak yaitu,
1.      Bulan Saq (satu),
2.      Bulan Due (dua),
3.      Bulan Telu (tiga),
4.      Bulan Empat (Empat),
5.      Bulan Lime (lima),
6.      Bulan Enem (enam),
7.      Bulan Pituq (tujuh),
8.      Bulan Baluq (delapan),
9.      BulanSiwaq (sembilan),
10.  Bulan Sepulu (sepuluh),
11.  Bulan Solas (sebelas), dan
12.  Bulan Due Olas (dua belas).
Untuk mengetahui bintang Rowot ini sudah terbit atau belum, masyarakat pada umumnya mengamati pada waktu Isya pada posisi timur laut atau pada pagi hari sekitar pukul 04.00 di sebelah barat laut.Bintang rowot selalu berdampingan dengan bintang waluku (bintang tenggala), tetapi lebih ke utara di samping kanan. Apabila bintang rowot sudah mulai muncul, bintang tenggala tenggelam (Sasak: ngarem) selama satu bulan.
Penanggalan Sasak tidak menggunakan hisabiyah atau perhitungan akan tetapi dengan cara rukyah, yaitu dengan mengamati fase-fase bulan untuk menentukan tanggal pada bulan Hijriyah yang bersangkutan. Tanggal pada bulan Hijriyah ini penting untuk diketahui karena dengan mengetahuinya, masyarakat Sasak dapat memprediksi keadaan cuaca pada tahun tersebut. Selain itu, tanggal pada bulan Hijriyah yang bertepatan dengan saat bintang rowot muncul yaitu tanggal satu bulan Saqakan mempengaruhi awal bulan Sasak selanjutnya. Misalnya, awal bulan Saq jatuh pada tanggal 6 Rabi’ul Awal maka awal bulan Due  akan jatuh pada tanggal 6 Rabi’ul Akhir.
Peristiwa penting lain yang dijadikan acuan dalam penanggalan Sasak yaitu tumbuk atau tumpek. Tumbuk atau tumpek ini terjadi pada bulan Oktober yang biasanya bertepatan dengan tanggal 6, 16, atau 26 bulan Hijriyah.Masyarakat Sasak memiliki kepercayaan dalam menafsirkan tanggal-tanggal tersebut. Apabila tumbuk jatuh pada tanggal 6, hujan akan lebat di awal. Jika tumpek jatuh pada tanggal 16, hujan akan turun dengan intensitas yang sama. Sedangkan apabila jatuh pada tanggal 26, hujan akan lebat di akhir.  


No comments:

Post a Comment